Jumat, 15 Juni 2012

REFRESHING PARA PEKERJA PABRIK GULA KREBET K


gula-gula
Kebutuhan akan hidup di dunia adalah bekerja untuk mendapatkan kebutuhan bukanlah keinginan yang di raih. Sebagian masyarkat dunia setelah mendapatkan kebutuhan akan beralih ke keinginan yang di dasari oleh rasa penasaran dalam diri.
Pabrik merupakan salah satu sumber kehidupan bagi kalangan pekerja, dengan bekerja di pabrik sebagian kecil ataupun besar kehidupannya akan terus berlangsung. Tidak dapat dipungkiri lagi apabila sekitar pabrik dijadikan pemukiman ataupun tempat usaha makan. Ini terjadi di Pabrik Gula Krebet Malang, dimana masyarakat berbagai daerah bekerja di tempat ini sebagai pekerja borongan, satpam, pegawai maupun officeboy.
Pekerja yang sehari-harinya mengantungkan pabrik gula merupakan pekerjaan pokok baginya, tidak ada lagi sesuap nasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka selain bekerja di pabrik. Ini merupakan persepsi sebagian pekerja pabrik gula krebet.
Pekerja yang sedikit di pabrik bukan menjadikan produksi pabrik menurun melainkan pabrik ini bukan musim giling. Sehingga kebanyakan pekerja memperbaiki mesin. Pipa yang sudah udur, gear mesin yang berkarat, tempat perapian yang kurang layak disulap dengan magic oleh pekerja untuk kebutuhan musim giling nantinya. Akan tetapi, pekerja hanya menyulap mesin-mesin ini tanpa menyulap tata letak mesin dan barang bekas mesin yang rusak.
Kebisingan dengan suara mesin yang keras saat musim giling, letak besi atau gear yang berserakan, bahkan sifat pekerja lain yang kasar dengan pekerja lain, menjadikan sebagian pekerja merasa bosan dan kurang nyaman dengan kondisi pabrik ini. Bosan kurang nyaman akan menimbulkan suatu pemicu frustasi dan stress di lingkungan pekerja itu sendiri. Selain hal diatas mesin yang tiba-tiba bermasalah saat penggilingan pun memicu frustasi kecil dan menimbulkan sifat agresi terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Olahraga badminton merupakan salah satu rasa melepas penat setelah bekerja seharian di pabrik gula, tata ruang badminton yang apik membuat para pekerja nyaman dengan pekerjaannya. Duel antar pekerja saat selesai bekerja dengan badminton menjadikan tantang sendiri untuk menjatuhkan lawan dan meraih kemenangan.
Musik dangdut tidak lupa di dengarkan untuk para pekerja di pabrik gula, tapi sayang hanya bagian pengemasan yang mendapatkan refreshing seperti ini. Pekerja lain yang jauh dari bagian pengemasan gula mendapatkan suasana kebosanan dan tata letak yang kurang tertata rapi.
Menurut  Wrighstman dan Deaux (1981) dalam bentuk kualitas lingkungan yang meliputi. Ambient Condition yaitu kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu seperti sound, cahaya, penerangan, warna, kualitas udara, temperature, dan kelembaban. Contohnya Pencahayaan dan warna di dalam pabrik gula yaitu intensitas pencahayaan dan preferensi warna merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, meski di dalam preferensi warna seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh subjektivitas. Jika suatu ruangan yang dirancang seperti kondisi pabrik gula saat ini mengakibatkan para pekerja gampang mendapatkan stress.Sedangkan Architectural Features yang mencakup di dalamnya adalah setting-setting yang bersifat permanen. Misalnya di dalam suatu ruangan, yang termasuk di dalamnya antara lain konfigurasi dinding, lantai, atap, serta pengaturan perabot dan dekorasi. Dalam pabrik gula setting yang terjadi merupakan setting lama yang dibuat jaman belanda. 
Hal ini lah yang mengakibatkan para pekerja mendapatkan beban stress dan diperlukan sebuah refresing dengan adanya lapangan badminton dan penempatan spot untuk mendengarkan musik. Dengan musik para pekerja akan merasakan semangat dalam bekerja seperti musik punk yang diciptakan di Inggris dengan suara mesin yang keras dan pekerja yang menyanyi terlahirlah musik punk.