gula-gula
Kebutuhan akan hidup di dunia adalah bekerja
untuk mendapatkan kebutuhan bukanlah keinginan yang di raih. Sebagian masyarkat
dunia setelah mendapatkan kebutuhan akan beralih ke keinginan yang di dasari
oleh rasa penasaran dalam diri.
Pabrik merupakan salah satu sumber kehidupan
bagi kalangan pekerja, dengan bekerja di pabrik sebagian kecil ataupun besar
kehidupannya akan terus berlangsung. Tidak dapat dipungkiri lagi apabila
sekitar pabrik dijadikan pemukiman ataupun tempat usaha makan. Ini terjadi di
Pabrik Gula Krebet Malang, dimana masyarakat berbagai daerah bekerja di tempat
ini sebagai pekerja borongan, satpam, pegawai maupun officeboy.
Pekerja yang sehari-harinya mengantungkan
pabrik gula merupakan pekerjaan pokok baginya, tidak ada lagi sesuap nasi yang
sesuai dengan kebutuhan mereka selain bekerja di pabrik. Ini merupakan persepsi
sebagian pekerja pabrik gula krebet.
Pekerja
yang sedikit di pabrik bukan menjadikan produksi pabrik menurun melainkan
pabrik ini bukan musim giling. Sehingga kebanyakan pekerja memperbaiki mesin.
Pipa yang sudah udur, gear mesin yang berkarat, tempat perapian yang kurang
layak disulap dengan magic oleh pekerja untuk kebutuhan musim giling nantinya.
Akan tetapi, pekerja hanya menyulap mesin-mesin ini tanpa menyulap tata letak
mesin dan barang bekas mesin yang rusak.
Kebisingan dengan suara mesin yang keras saat
musim giling, letak besi atau gear yang berserakan, bahkan sifat pekerja lain
yang kasar dengan pekerja lain, menjadikan sebagian pekerja merasa bosan dan
kurang nyaman dengan kondisi pabrik ini. Bosan kurang nyaman akan menimbulkan
suatu pemicu frustasi dan stress di lingkungan pekerja itu sendiri. Selain hal
diatas mesin yang tiba-tiba bermasalah saat penggilingan pun memicu frustasi
kecil dan menimbulkan sifat agresi terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Olahraga badminton merupakan salah satu rasa
melepas penat setelah bekerja seharian di pabrik gula, tata ruang badminton
yang apik membuat para pekerja nyaman
dengan pekerjaannya. Duel antar pekerja saat selesai bekerja dengan badminton
menjadikan tantang sendiri untuk menjatuhkan lawan dan meraih kemenangan.
Musik dangdut tidak lupa di dengarkan untuk
para pekerja di pabrik gula, tapi sayang hanya bagian pengemasan yang
mendapatkan refreshing seperti ini.
Pekerja lain yang jauh dari bagian pengemasan gula mendapatkan suasana
kebosanan dan tata letak yang kurang tertata rapi.
Menurut Wrighstman dan Deaux (1981) dalam bentuk
kualitas lingkungan yang meliputi. Ambient Condition yaitu kualitas fisik dari
keadaan yang mengelilingi individu seperti sound, cahaya, penerangan, warna,
kualitas udara, temperature, dan kelembaban. Contohnya Pencahayaan dan warna di
dalam pabrik gula yaitu intensitas pencahayaan dan preferensi warna merupakan
dua hal yang tidak dapat dipisahkan, meski di dalam preferensi warna seseorang
lebih banyak dipengaruhi oleh subjektivitas. Jika suatu ruangan yang dirancang seperti
kondisi pabrik gula saat ini mengakibatkan para pekerja gampang mendapatkan
stress.Sedangkan Architectural Features yang
mencakup di dalamnya adalah setting-setting yang bersifat permanen. Misalnya di
dalam suatu ruangan, yang termasuk di dalamnya antara lain konfigurasi dinding,
lantai, atap, serta pengaturan perabot dan dekorasi. Dalam pabrik gula setting
yang terjadi merupakan setting lama yang dibuat jaman belanda.
Hal ini lah yang
mengakibatkan para pekerja mendapatkan beban stress dan diperlukan sebuah
refresing dengan adanya lapangan badminton dan penempatan spot untuk mendengarkan musik. Dengan musik para pekerja akan
merasakan semangat dalam bekerja seperti musik punk yang diciptakan di Inggris
dengan suara mesin yang keras dan pekerja yang menyanyi terlahirlah musik punk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar